Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan
Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK-PMP) Kemendikbud, Prof. Dr.
Syawal Gultom, malam ini memberikan materi pada acara Pelatihan Narasumber
Nasional Kurikulum 2013. Acara yang dihelat di Hotel Garden Palace Surabaya ini
diikuti oleh 246 peserta, terdiri dari dosen, guru dan widyaiswara, dari
Indonesia bagian Timur dan Tengah.
Acara dibuka oleh Wakil Mendikbud, Prof. Dr. Musliar Kasim.
Selain membuka acara, wamen juga memberikan pengarahan dan penguatan pentingnya
implementasi Kurikulum 2013. Uraian tentang pengarahan wamen ini saya tuangkan
dalam tulisan "Yang Manis-Manis dari Kurikulum 2013".
Setelah Prof. Musliar Kasim menyampaikan pengarahan dan
penguatannya, acara dilanjutkan dengan presentasi dari Prof. Syawal. Materinya
adalah Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013.
Prof. Syawal, seperti biasa, begitu bersemangat menyampaikan materinya. Harus diakui, mantan
Rektor Unimed ini memiliki kepiawaian berorasi. Suaranya yang lantang, dengan
logat Bataknya yang kental, ditambah dengan wawasan dan pengetahuannya yang
luas, dilengkapi dengan bumbu-bumbu humor, membuat topik apa pun yang
dibawakannya selalu hidup.
Banyak hal yang perlu dicatat dalam presentasi Prof. Syawal.
Bukan hanya materi tentang kerangka dasar dan struktur Kurikulum 2013 itu
sendiri. Namun pernyataan-pernyataannya yang lebih bermakna filosofis dan perlu
penghayatan.
Semua berawal dari kelas. Begitulah kata Prof. Syawal.
Negara yang hebat itu karena pendidikan di kelas itu hebat. Pendidikan itu
adalah mengembangkan potensi anak. Pendidikan itu tidak hanya mentransfer
pengetahuan dan keterampilan dari guru ke siswa. Pendidikan berbeda dengan
pengajaran. Kalau guru hanya berpikir bagaimana supaya materi yang diajarkannya
dipahami anak, dia tidak sedang melakukan pendidikan, namun sekadar melakukan
pengajaran. Dia tidak mendidik, tetapi mengajar.
Begitu pentingnya peran guru, sehingga semuanya bergantung
dari guru. Mau jadi apa pun anak itu, terserah apa kata guru. Karena begitu
pintu kelas ditutup, tidak ada yang tahu apa yang terjadi di kelas. Hanya guru
itu yang tahu, siswa, dan Tuhan. Kepala sekolah pun banyak yang tidak tahu apa
yang dilakukan guru di kelas. Pengawas, kepala dinas, kepala badan, pun tidak
tahu. Hanya guru, siswa dan Tuhan. Bahkan yang membuat kurikulum pun, tidak
banyak tahu apa yang terjadi di kelas. Apa yang diperankan guru di depan siswa-siswanya,
hanya guru itu sendiri, siswa-siswa, dan Tuhan yang tahu.
Kurikulum 2013 dinilai
revolusioner. Salah satunya bila dikaitkan dengan peran guru. Betapa
tidak. Guru tidak hanya menilai pengetahuan dan keterampilan anak. Dia harus
mengamati sikap spiritual dan sosial anak. Bagaimana ketakwaannya pada Tuhan,
apakah dia melaksanakan ibadah sesuai dengan agamanya, apakah dia menghargai
makhluk ciptaan Tuhan, dan sebagainya. Guru juga harus melihat bagaimana sikap
anak terhadap temannya dan orang-orang lain di sekitarnya, apakah siswa jujur,
tanggung jawab, peduli, apakah dia menghargai lingkungannya. Semua harus
diamati dan dicatat. Ya, dalam Kurikulum 2013 ini, dicetak guru setengah
malaikat. Bukankah mengamati dan mencatat sikap dan perilaku yang religius dan
sikap sosial itu pekerjaan malaikat? Dan guru harus melakukan itu. Maka guru
harus menjadi manusia setengah malaikat. Sangat revolusioner.
Kesalehan individu seseorang yang luar biasa, belum tentu
dibarengi dengan kesalehan sosial. Bila seorang anak hanya rajin beribadah,
namun kurang peduli pada sesama, tidak bisa bekerja sama dengan temannya,
kurang memiliki kepekaan sosial, berarti dia kurang memiliki kesalehan sosial.
Maka gurulah yang harus membentuk kesalehan sosial itu, karena kesalehan
individu seharusnya membangun kesalehan sosial.
Persoalan sikap, adalah persoalan merebut hati anak. Untuk
bisa merebut hati anak, maka guru harus inspiratif. Untuk bisa menjadi guru
yang inspiratif, hanya satu caranya: dia
harus menjadi contoh, secara konsisten menjadi model bagi siswa-siswanya.
Kalau dari kelas, kita membangun karakter secara optimal,
maka negara ini akan hebat, karena diurus oleh orang-orang yang hebat, yang
berkarakter. Karakter tidak bisa dibentuk secara instan. Dia harus dibentuk
sedini mungkin pada diri anak. Kurikulum 2013 memungkinkan pembentukan karakter
itu sedini mungkin.
Lepas dari pro kontra terkait Kurikulum 2013, kehadiran saya
di Garden Palace ini bukan sekadar untuk memenuhi undangan BPSDMPK-PMP dan
tergiur dengan 'jabatan' sebagai narasumber nasional. Tujuan saya yang utama
adalah untuk lebih menyelami seperti apa Kurikulum 2013, bagaimana
implementasinya, apa kendala-kendala implementasinya, dan pertanyaan-pertanyaan
lain yang masih memenuhi benak saya. Saya termasuk orang yang skeptis terhadap
Kurikulum 2013, kendati pun saya sudah beberapa kali menerima pelatihan dan
bahkan sudah diminta berkali-kali untuk menjadi narasumber pelatihan Kurikulum
2013. Saya ingin mengeliminir skeptis saya ini dengan datang ke acara ini. Saya
sedang berusaha untuk menjadi orang yang lebih bersahabat dengan Kurikulum
2013. Saya sedang berusaha meyakinkan diri saya tentang 'kesaktian' Kurikulum
2013 ini untuk membangun generasi masa depan, karena setelah ini saya harus
bisa meyakinkan orang lain, yaitu para instruktur nasional. Bagaimana saya bisa
meyakinkan orang lain kalau saya sendiri tidak yakin?
Masih ada banyak catatan penting dari hasil Pelatihan
Narasumber Nasional Kurikulum 2013 ini, yang mudah-mudahan bisa saya tuangkan
dalam bentuk tulisan.
Yang jelas, saya sedang berusaha untuk bermetamorfosis...
Hotel Garden Palace Surabaya, 13 April 2014
Salam,
LN
Salam,
LN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar